Pembagian Rezeki

Bila kita mencoba untuk sedikit merenungi tentang rezeki, maka rezeki itu setidaknya ada tiga macam.

Rezeki yang dijamin

Rezeki yang dijamin yaitu penguat tubuh. Adakah diantara pembaca yang pernah tidak makan 2 hari saja? Insya Allah, walaupun mungkin ada yang hanya satu atau dua kali sehari dengan lauk seadanya, tetapi kita masih bisa memenuhi kebutuhan akan pangan. Perhatikan pula, ketika seseorang diopname karena sakit dan dia tidak bisa makan sendiri, ternyata ada saja yang menyuapinya. Entah itu perawat atau keluarganya. Kalaupun sama sekali tidak mampu mengunyah, pasti dokter akan memberinya infus.

Lihatlah bayi, ketika rasa lapar menghampirinya, ia menangis dan dapatlah ia rezekinya berupa ASI (Air Susu Ibu). Lain lagi, ketika beranjak besar, “Ibuuu, saya lapar!” ibunya menjawab, “Ambil sendiri!” lho kok sekarang tidak mempan lagi dengan tangisan apalagi dengan rengekan seperti dulu?! Kenapa? Sebab Allah sudah memberinya ilmu, memberi umur, memberi kekuatan, dan memberi pengalaman supaya dia bisa menjemput jatah rezekinya.

Yang pasti, semua makhluk yang Allah ciptakan sudah lengkap rezekinya. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Huud (11) ayat 6, “Tidak ada satu makhluk pun yang melata di bumi ini melainkan dicukupi rezekinya oleh Allah”.

Rezeki yang pasti ada yaitu makanan penguat tubuh kita. Ingat ketika berada di dalam perut ibu, walaupun tidak bekerja tetapi kita tetap tumbuh besar. Ketika lahir pun kita tidak tahu bagaimana mencari nafkah. Tapi mengapa saat tali ari-ari kita digunting bidan pun kita tidak panik? Karena Allah telah menjamin rezeki makan kita dengan menyiapkan ASI. Dan setelah dua tahun, ketika ibu berhenti menyusui, Allah telah memberi kita makan sampai kita tumbuh sepeprti sekarang ini. Oleh karena itu, jangan takut tidak makan tetapi takutlah makanan yang kita santap tidak halal.

Rezeki yang digantungkan

Penggambarannya kurang lebih begini: rezekimu ditetapkan segini. Tetapi harus ikhtiar di jalan Allah dulu, maka engkau bakal ketemu dengan rezekimu itu. Tetapi kalau engkau tidak ikhtiar, maka takdirnya tidak akan ketemu. Kalau engkau malas maka rezeki yang kau dapatkan pun sedikit. Kalau ikhtiarnya jujur maka selain rezeki dapat, pahala pun akan kau dapatkan.

Sebaliknya, kalau kau tidak jujur, entah dengan menjadi maling, korupsi, atau berbuat licik, tetap akan kau dapatkan rezeki dengan perubahan status menjadi haram. Artinya, walaupun mati-matian kita bekerja, tetap saja dosisnya sudah ditentukan. Yang membedakan adalah pahalanya.

Setiap orang sudah ada kadar rezekinya. Walaupun satu keluarga rezekinya bisa jadi beda-beda. Perbedaan rezeki ini bukan berarti menunjukkan ketidakadilan Allah. Justru berbahaya kalau rezekinya sama semua. Rumusnya, kalau sahabat pembaca mencari rezeki di jalan Allah, maka rezeki akan dapat dan pahala pun dapat. Itulah yang namanya berkah. Tetapi kalau mencarinya dengan licik, rezekinya dapat, dosa pun dapat – haram namanya.

Kalau kita jujur maka pasti kita akan bertemu dengan rezeki kita. Namun kalu kita sudah bekerja sungguh-sungguh tetapi rezekinya tetap sedikit maka kita harus intropeksi diri. Mungkin ikhtiar kita selama ini belum optimal dan profesional. Untuk itu kita harus mencari strategi-strategi baru dalam mencari rezeki kita. Kuncinya, rezeki itu akan cepat datang kalau kita mencarinya dengan profesional. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubah nasibnya sendiri.” (QS Ar-Ra’d (13): 11)

Artinya, kita tidak cukup hanya bekerja keras saja. Akan tetapi harus bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Bekerja keras itu bagian fisik, bekerja cerdas bagian otak, dan bekerja ikhlas bagian hati. Kalau ketiga-tiganya berjalan, Insya Allah rezeki kita akan diperoleh dengan mudah.

Rezeki yang dijanjikan

Kita mempunyai harta yang pas-pasan, tetapi harta itu kita manfaatkan untuk bersedekah, menyekolahkan anak orang lain, atau membayarkan orang yang mempunyai hutang, Insya Allah suatu saat kelak kita akan menerima balasan berlipat ganda.

Lebih baik rezeki seukuran gelas, tetapi diatasnya ada air mancur yang tiada terputus. Daripada rezekinya sebesar tangki tapi isinya sedikit.

Allah telah berjanji, barangsiapa yang bersyukur terhadap nikmat yang ada, maka Allah akan menambah nikmat-Nya. Oleh karena itu, setiap kita mendapatkan rezeki, keluarkan zakat dan sedekahnya. Karena harta kita tidak akan berkurang dengan sedekah. Sebaliknya, harta itu akan bertambah, bertambah, dan bertambah. Inulah rumusnya.

Sahabat, apa yang dimaksud dengan rezeki yang berkah ada tiga cirinya. Pertama, hati jadi tenteram. Kedua, kebutuhannya tecukupi. Dan ketiga, namanya terjaga.

Sedangkan ciri yang tidak berkah juga tiga, yakni hati menjadi resah dan gelisah, tidak pernah tenang dengan apa yang dimiliki karena tidak pernah merasa cukup dengan apa yang ada, dan terakhir namanya pun tercoreng. Dengan demikian, marilah kita bekerja sekuat tenaga, berikhtiar di jalan Allah. Perintah-perintah Allah kita penuhi. Waktu sholat ditepati. Zakat ditunaikan. Bila sudah waktunya ibadah haji dan berkemampuan untuk berangkat, maka berangkatlah.

Marilah sempurnakan ikhtiar dan bila sudah terjadi apa yang kita inginkan jangan pernah menjadi ujub dan takabur, karena semuanya hanyalah karunia Allah semata. Wallahu a’lam.

Oleh KH Abdullah Gymnastiar.

Ditulis dalam Renungan. 1 Comment »

Satu Tanggapan to “Pembagian Rezeki”

  1. ABDULLAH Says:

    Rezeki… bukan hanya uang, harta atau yg bersifat materi
    Istri yang solehahpun merupakan suatu rezeki.


Tinggalkan komentar